Spiritual Fitness



Spiritual Fitness
Komaruddin Hidayat   Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
SINDO, 22 Februari 2013

Masyarakat urban tidak saja dilanda kelelahan fisik akibat padatnya pekerjaan dan jalanan macet, melainkan juga kelelahan psikologis dan spiritual. Isi pemberitaan media massa yang dipenuhi tragedi alam, sosial, politik,dan rumah tangga benarbenar membuat mental masyarakat lelah.

Sampai-sampai ada beberapa teman yang sangat malas melihat acara televisi dan membaca surat kabar. Isinya bukannya mencerahkan, tetapi malah membuat pusing dan ikut gundah serta pesimistis. Kata “capai, pusing, lelah” mudah sekali keluar dalam obrolan. Kita terkondisikan untuk selalu sibuk bergulat dengan pikiran dan kegiatan yang berkaitan langsung dengan kesuksesan materi. Itu sah-sah saja, tak ada salahnya orang menjadi kaya.

Bahkan orang kaya memiliki peluang jauh lebih besar ketimbang orang miskin untuk hidup bahagia dan membantu orang lain. Keluarga kaya peluangnya lebih terbuka untuk mengirimkan anakanaknya memilih sekolah yang bagus. Yang ingin diingatkan di sini adalah ketika hidup dijalani dengan dangkal, kehilangan penghayatan nilainilai spiritual.

Kita sangat memerlukan kebugaran spiritual (spiritual fitness), terutama di saat kehidupan gonjang-ganjing, di saat hukum tidak selalu memihak pada keadilan, korupsi dan narkoba marak di mana-mana, tokoh dan lembaga agama pun mengalami penurunan wibawa. What is spiritual fitness? Tidak ada jawaban tunggal.

Namun semuanya mengacu pada orientasi hidup yang berkualitas, mengatasi pemenuhan kebutuhan fisik,yang mengarah pada pemenuhan dahaga rohani, intelektual, seni, dan moral. Ada yang mengatakan, spiritual fitness is about dropping your ego and letting God in. “Spiritus, spiritual” berasal dari bahasa Latin yang artinya kekuatan yang amat halus dan lembut, yang memberi energi dan vitalitas hidup. Kata “spiritualitas” dalam literatur Barat tidak selalu memiliki konotasi religiusitas.

Namun di Indonesia orang cenderung mengaitkan spiritualitas dengan pemaknaan dan penghayatan religiositas. Danah Zohar yang populer dengan karyanya Spiritual Quotient (SQ) dan Spiritual Capital mengatakan: “The spiritual in human beings makes us ask why we are doing what we are doing and makes us seek some fundamentally better way of doing it.“

Dari sudut pandang agama, kebugaran spiritual akan diraih jika seseorang tidak terperangkap pada wilayah fisikal-material karena di luar itu masih ada dunia nonmateri atau rohani yang lebih tinggi, indah, dan abadi yang senantiasa mendekatkan manusia pada orbit Ilahi. Prestasi dalam tataran material-fisikal masih bersifat instrumental facilities and values, sedangkan yang kedua pada posisi fundamental dan higher values.

Meski memiliki posisi yang berbeda, aspek material-fisikal dan moral-spiritual tidak dapat dipisahkan. Misalnya saja, secara moral-spiritual orang akan disebut dermawan, baik hati, suka menolong, bersikap adil, dan seterusnya, tetapi kesemuanya itu tidak akan terwujud menjadi kebajikan jika tidak terekspresikan dalam wadah, lokus, dan sarana material yang konkret.

Itulah sebabnya kebajikan moral-spiritual itu akan lebih mudah diwujudkan bagi mereka yang kaya, berilmu, dan memiliki kekuasaan untuk mengubah masyarakat. Uang itu hanya kertas, tetapi dengan uang itu seseorang dapat berbuat kebajikan untuk membantu orang lain. Ketika seorang penguasa memegang pulpen, dengan tanda tangannya dia dapat membuatkan keputusan politik dan kebijakan publik yang menolong rakyat banyak.

Dalam ajaran agama, orang yang memiliki kedalaman spiritual akan senantiasa teguh memegang integritas, amanah,janji, tanggung jawab karena hidup itu sendiri adalah anugerah dan amanah yang mesti dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Sang Pemberi kehidupan.

Dalam ajaran agama, orang yang memiliki kedalaman spiritual akan senantiasa teguh memegang integritas, amanah, janji, tanggung jawab karena hidup itu sendiri adalah anugerah dan amanah yang mesti dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Sang Pemberi kehidupan. Tak ada ruang dan waktu sekecil pun yang luput dari pengawasan Tuhan.

Kendati demikian mereka yang memiliki spiritual fitness kehidupan bukannya dijalani dengan rasa serbatakut karena diawasi Tuhan, melainkan disemangati rasa cinta dan syukur kepada-Nya. Syukur dan cinta kepada Tuhan akan selalu membuahkan kegairahan hidup, daya tahan, dan harapan yang mengalahkan berbagai fluktuasi atau pasang surut kehidupan yang dihadapinya.

Ketika dihadapkan pada masalah tidak mudah menyerah lalu berkata, “Ya Tuhan, mengapa demikian besar problem dan cobaan hidup yang aku hadapi,” melainkan sebaliknya, “Hai problem, ketahuilah, Tuhanku Mahabesar, kau sangat kecil dibandingkan kebesaran dan kekuasaan Tuhanku.”

Buah dari spiritual fitness disebut virtues, kebajikan, dan keutamaan atau akhlakulkarimah seperti tecermin dalam kata-kata: mercy, justice, generosity, fidelity, compassion, courage, politeness, gratitude, humility, tolerance, purity, simplicity, gentleness, prudence, yang kesemuanya menunjukkan kualitas pribadi yang dijiwai nilai-nilai spiritual. ●

http://budisansblog.blogspot.com/2013/02/spiritual-fitness.html

0 komentar:

Posting Komentar